GULA REDUKSI
Gula pereduksi merupakan golongan gula (karbohidrat) yang dapat mereduksi senyawa-senyawa penerima elektron, contohnya adalah glukosa dan fruktosa. Ujung dari suatu gula pereduksi adalah ujung yang mengandung gugus aldehida atau keto bebas. Semua monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa) dan disakarida (laktosa,maltosa), kecuali sukrosa dan pati (polisakarida), termasuk sebagai gula pereduksi. Umumnya gula pereduksi yang dihasilkan berhubungan erat dengan aktifitas enzim, dimana semakin tinggi aktifitas enzim maka semakin tinggi pula gula pereduksi yang dihasilkan. Jumlah gula pereduksi yang dihasilkan selama reaksi diukur dengan menggunakan pereaksi asam dinitro salisilat/dinitrosalycilic acid (DNS) pada panjang gelombang 540 nm.Semakin tinggi nilai absorbansi yang dihasilkan, semakin banyak pula gula pereduksi yang terkandung.
Tebu sebagai bahan baku utama pabrik
gula di Indonesia merupakan tanaman yang efisien. Batang tebu
mengkonversi sinar matahari dengan proses fotosintesa sehingga menjadi
gula (sukrosa, glukosa, fruktosa, dll) selama pertumbuhan. Reaksi utama
pada proses fotosintesa tebu :

Setelah tebu ditebang kandungan sukrosa
yang terdapat dalam batang tebu akan mengalami degradasi menjadi
monosakarida atau gula reduksi yang disebabkan oleh aktivitas mikroba.
Hal ini merupakan kerugian karena di pabrik gula yang akan di kristalkan
adalah sukrosa sementara monosakarida dan gula lain akan menjadi tetes (molasses).
Kerusakan tebu (cane deterioration)
merupakan faktor yang penting dalam memperoleh gula yang berkualitas.
Selain menyebabkan kehilangan gula (sukrosa) yang besar, kerusakan tebu
menyebabkan kesulitan dalam proses pengolahan tebu menjadi gula dan
menambah biaya produksi. Clarke, et al (1980) memperkirakan
bahwa kehilangan gula pada pra-panen sampai menjadi gula produk
bervariasi antara 5 – 35 % dari sukrosa dalam tebu, tergantung pada
kondisi lingkungan dan teknologi yang digunakan.
Kerusakan pada tebu selama panen dan
pasca panen diantaranya disebabkan oleh kondisi natural varietas tebu
dan tempat tumbuhnya, kondisi pra panen, yaitu banyak tebu yang dibakar (Saska et al, 2009; Solomon, 2000), penggunaan mekanisasi dengan tebu dipotong-potong (Mochtar, 1995; Uppal, 2003, Larrahondo, dkk, 2009) dan waktu tunda giling atau tebu lasahan (Mochtar dkk, 1995, Solomon 2000). Pada penelitian yang dilakukan di Kolombia oleh Larrahondo, dkk, 2009
menunjukkan adanya perbedaan kualitas antara metode tebang secara
manual dengan mekanik. Penebangan secara mekanik meningkatkan zat asing
selain gula dan penurunan pol % tebu sebesar 0,4 poin.Daftar Pustaka :
http://www.risvank.com/tag/gula-reduksi/
0 komentar:
Posting Komentar